Mar 16, 2017

Every Revolution Begins with A Spark

Mar 16, 2017 - by Gibaychan 0


Artikel ini adalah artikel yang Gibaychan tulis di notes Facebook pada Desember 2013 dan disalin di blog ini semata-mata hanya untuk berbagi.


Every Revolution Begins with A Spark/ Setiap Revolusi Diawali dengan Sebuah Percikan. Judul diatas adalah tagline dari sekuel film trilogy "The Hunger Games: Catching Fire" aka Maen Laper Nangkep Api (loh?). Gibaychan disini gak akan membahas filmnya, tapi cukup nyolong kalimatnya aja, huehehehe... (^.^')

***

Akhir-akhir ini, banyak orang yang mulai kehilangan kepercayaannya kepada pemerintah, peradilan, dan bahkan kepada agama. Ketika semua hal ini tidak bisa memberikan kebaikan, ketentraman dan rasa nyaman, kita menjadi bertanya-tanya : Dunia seperti apakah ini, yang kita hidup di dalamnya?

Sebenarnya, orang-orang ini tidak menginginkan hal yang muluk-muluk kepada pemerintah. Mereka hanya menginginkan para pemimpin yang sudah mereka beri kepercayaan untuk memimpin negara ini mampu secara sadar untuk memimpin negara ini dengan amanah ; baik dan jujur sehingga negara bisa menjadi pengayom masyarakat, mensejahterakan dan memberikan yang terbaik yang bisa diberikan untuk kemakmuran, bukan malah menutup kebobrokan dan ketidakmampuan dengan menyuburkan dogma “Tidak apa-apa hidup susah di dunia, jika Anda rajin beribadah, saat mati nanti Anda pasti akan masuk surga.”   Saya jadi lebih suka untuk mengubah quote nasionalisme dari om John F. Kennedy menjadi : “Jangan tanyakan apa yang telah kamu lakukan untuk negara, tapi tanyakanlah apa yang negara telah lakukan untukmu.”

Saat lembaga peradilan hanya berpihak kepada uang dan kekuasaan, kepada siapa lagi kita akan mengadu? Kepada Tuhan? Ya, boleh juga sih, tapi kan Tuhan sudah menjanjikan surga setelah kita mati, jadi seperti apapun hidupmu, bersabarlah dan tetaplah giat beribadah.  Polisi, yang diharapkan menjadi pengayom masyarakat, justru malah menjadi duri dalam daging. Seringnya, orang jadi males jika harus berurusan dengan polisi, sehingga, hampir semua orang lebih memilih untuk tidak peduli daripada peduli tapi jadi ribet ruwet mbulet karena berurusan dengan lembaga yang satu ini.

Note: Sekarang ini, 4 tahun setelah artikel ini ditulis, lembaga Kepolisian sudah mulai berbenah dan semakin menjadi lebih baik dibawah pimpinan Bapak Tito Karnavian.

Agama diyakini mengajarkan kebaikan dan jalan lurus. Tapi pada prakteknya, banyak sekali penyimpangan yang dilakukan oleh penganutnya. Seolah-olah Tuhan mengamini bahwa agama A lah, atau agama B lah yang paling benar, dan yang lainnya sesat, dan Tuhan memerintahkan untuk saling mengasihi antar umat seagama dan memerangi umat agama lain. Sama seperti polisi yang baik adalah oknum, seorang religius yang ‘baik’ juga adalah oknum. Banyak orang yang membutuhkan agama untuk menjadi baik, dan itu baik. Tapi saat seseorang ingin menjadi baik dengan cara tidak berpihak kepada agama manapun, tidak ada seorangpun yang berhak untuk menghakiminya, walaupun pada kenyataannya, orang tersebut punya agama yang tertulis di KTPnya.

Seperti hal nya orgasme, semua hal diatas sedang berlari cepat menuju klimaks, dan akan segera memudar setelah satu erangan panjang yang mendebarkan :P Siapakah aktor yang bertanggung jawab dibalik klimaks tersebut? Tentu saja, masing-masing diri Anda sendiri.


A Spark

“Saat aku masih muda, aku ingin mengubah dunia.

Aku mendapati diriku sulit untuk mengubah dunia, jadi aku mencoba untuk mengubah negaraku.

Saat aku tahu aku tidak dapat mengubah negaraku, aku mulai fokus pada kotaku. Aku tidak dapat mengubah kota, dan sebagai seseorang yang menjadi lebih tua, aku mencoba untuk mengubah keluargaku.

Sekarang, sebagai orang tua, aku menyadari bahwa satu - satunya hal yang bisa kuubah adalah diriku sendiri. Tiba - tiba saja aku sadar bahwa jika dulu aku mengubah diriku sendiri, aku akan membuat dampak pada keluargaku. Aku dan keluargaku bisa membuat dampak pada kota kami. Dampak dari kota kami bisa mengubah negara dan tentu saja, aku bisa mengubah dunia."

― oleh Unknown Monk, sekitar 1100 Masehi.

hmm.. jadi inget sama Jokowi dan Ahok.

Yup, semuanya harus dimulai dari diri sendiri. Semua orang mempunyai 'spark' dalam dirinya. Cuma masalah pilihan apakah Anda ingin memendam spark Anda, atau ingin memunculkannya sehingga Anda menjadi teladan untuk orang-orang disekitar Anda dan mereka menjadi terinspirasi untuk memunculkan spark mereka sendiri. Tidak usah memulai dengan goal yang muluk-muluk dulu. Kata Aa Gym ; mulailah dari diri sendiri, dari hal yang terkecil, dan dari sekarang.

Misalnya, jika anda ingin memaafkan orang lain, langkah pertama yang harus anda ambil adalah memaafkan diri anda sendiri terlebih dahulu, dan kemudian memaafkan keadaan. Baru setelah itu anda akan bisa memaafkan orang lain.

Kita semua punya peluang untuk menciptakan perubahan. Usaha perubahan pada tingkat yang lebih tinggi akan sia - sia, jika kita sendiri, tidak mendukung usaha itu dari tingkat yang lebih rendah, yaitu diri kita sendiri dan orang - orang yang kita cintai disekitar kita. Biarkanlah Jokowi dan Ahok mengambil peran sesuai dengan porsi mereka, dan kita, menyadari dan bertanggung jawab pada peran kita masing - masing.

***


“Change will not come if we wait for some other person, or if we wait for some other time. We are the ones we've been waiting for. We are the change that we seek.” ― Barack Obama

“The world as we have created it is a process of our thinking. It cannot be changed without changing our thinking.” ― Albert Einstein

“Be the change that you wish to see in the world.” ― Mahatma Gandhi.

"Kami memintamu untuk mengenali dirimu sendiri; dan dengan berbuat demikian energi-energi penciptaan akan menghormati kamu, menghubungkan kamu dengan Keluarga Kehidupan, kepada Keluarga Cahaya, bagi mereka yang memilih untuk meyakini adanya tujuan dan makna pada semua kehidupan. Rangkullah gagasan-gagasan ini dan persiapkan dirimu untuk perjalanan yang lebih mendalam bagi penyembuhan planet dengan memahami kekuatan cinta kasih, kekuatan ikhlas, kekuatan welas asih. Sesungguhnya kamu benar-benar saling terhubung dan frekuensi kamu akan memicu satu sama lain dan menyinari malam bagaikan kunang-kunang di suatu senja pada awal musim panas. Kami mengingatkanmu bahwa ada suatu pola, suatu tujuan: Seorang diri, masing-masing dari kamu memegang suatu cahaya; bersama-sama cahaya akan berkelompok dan membuat sebuah pola. Yakini segala apa yang kamu hadapi, setiap krisis yang kamu alami, akan membawa kamu kepada suatu pembelajaran hidup yang besar di mana secara ideal kekuatan cinta kasih adalah yang kamu pelajari. Maafkanlah dan perlihatkan kegembiraan kamu karena kamu hidup."― Dari buku "Keluarga Cahaya"

Semoga bermanfaat :)


Tags:
Terima Kasih

Terima kasih sudah mampir ke Blog F+G saya (^o^)/ Semoga bermanfaat - Gibaychan

0 komentar:

Text Widget

© 2013 F+G. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9